Video Heboh Ketua DPR dan Wakilnya Menuai Banyak Kritikan

Fadhli Zon dan Setya Novanto Selfie Dengan Donald Trump Dianggap Melanggar Kode Etik DPR

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon dituduh telah melanggar kode etik dalam UU MPR, DPR, DPD dan DPRD (UU MD3) karena aksi foto bersamanya dengan bakal calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump.



Menurut Manager Advokasi dan Investigasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Apung Widadi, pimpinan dan anggota DPR seharusnya menjaga kewibawaan lembaga perwakilan rakyat tersebut saat dimanapun mereka berada.

Selain berfoto selfie dengan Trump dan pendukungnya, terdapat juga video saat Setya Novanto dan Fadhli Zon diperkenalkan oleh Trump. Berikut adalah cuplikan percakapan antara mereka yang sudah di bahasa indonesia-kan:

"Hadirin, ini adalah orang yang sangat luar biasa, Ketua DPR dari Indonesia, Setya Novanto. Salah satu orang yang paling berpengaruh dan dia ke sini untuk bertemu dengan saya. Setya Novanto merupakan orang yang berkuasa dan pria yang hebat. Ia bersama rombongannya datang untuk menemui saya. Kita akan melakukan hal yang luar biasa untuk AS, benarkan? Apakah orang Indonesia menyukai saya?" kata Trump kepada Setya.

"Ya. Saya suka. Terima kasih banyak" balas Setya Novanto sambil berjabat tangan.

Berikut Videonya: [VIDEO] Ketua DPR Setya Novanto di acara kampanye Donald Trump calon presiden Amerika Serikat
Video yang beredar di youtube sangat cepat tersebut menuai banyak kritikan, baik dari tokoh-tokoh, politisi maupun netizen. Namun yang paling populer yaitu kritikan yang disampaikan Imam Mesjid New York Shamsi Ali. Dikutip dari akun Fans Page Facebooknya Ustadz Shamsi Ali Satu :

Just now on Metro. Semalam juga saya sudah komunikasi intens dengan Fadhli Zon, wakil ketua yang mendampingin ketua hadir di acara konferensi pers dalam rangkaian kampanye Donuld Trump....
Ini message awal saya ke Fadhli Zon:
Yth. Bapak Fadhli Zon,
Saya dapat nomornya dari pak Desra Percaya. Maaf kalau malam-malam mengganggu. Pertama saya minta maaf kalau saya lancang menulis di media sosial perihal kehadiran ketua DPR dan rombongan dalam acara kampanye Donald Trump.
Saya merasa perlu menyampaikan ini karena menyangkut langsung kedudukan saya di dua pihak; Indonesia dan AmeriKa Serikat. Kehadiran beliau di acara Donald Trump sangat tidak pantas karena beberapa alasan:
1. Donald Trump itu oleh komunitas immigran secara umum dianggap rasis. Dalam berbagai statemennya Donald Trump sangat anti imigran dan anti Islam khususnya.
2. Walau saat ini Donald Trump masih tinggi dalam poling tapi sangat tipis untuk memenangkan konvensi Republikan. Apalagi memenangkan pemilihan presiden AS. Republikan tidak memiliki kandidat yang kuat. Hingga saat ini belum ada kandidat, baik di Republikan maupun di Demokrat yang menyaingi Hillary Clinton. Maka kehadiran ketua DPR RI dan rombongan tidak menguntungkan.
3. Mungkin secara protokoler seorang ketua DPR hadir dalam acara kampanye seorang kandidat presiden di negera orang salah. Jangankan dalam acara kampanye. Menemui kandidat saja di musim kampanye oleh seorang pejabat negara perlu diwaspadai. Kehadirannya dapat dianggap dukungan kepadanya. Ini jelas tidak etis dan juga merugikan Hubungan kedua negara ke depan karena Indonesia akan dianggap partisan.
4. Ketua DPR sejajar dengan Speaker of the House kalau di sini. Posisinya di urutan ketiga setelah presiden dan wakilnya. Saya melihat cara penerimaan Donald Trump sangat merendahkan ketua DPR kita. Diterima kurang dari 5 menit dan ditinggalkan begitu saja setelah dikenalkan ke pendukungnya. Rasanya terlalu rendah bangsa ini ketika pejabat tinggi diperlakukan seperti itu oleh seorang Donald Trump.
Perihal hal lain, khususnya kunjungan beberapa anggota dan pimpinan Fraksi di DPR dan reses kongres memang saya tidak tujukan untuk ketua dan rombongan. Saya tahu ketua dan rombongan ke sini untuk sidang IPU di PBB. Tetapi beberapa rombongan DPR dari berbagai fraksi juga melakukan kunjungan di saat reses. Ini sudah pasti tidak efektif dan nampak sebagai pemborosan anggaran negara.
Kalau pejabat keluar negeri dengan jadwal seadanya sudah pasti yang dirugikan adalah negara. Karena selain uang jalan, ongkos transportasi dan akomodasi dibayarkan oleh negara. Akibatnya kunjungan itu akan lebih banyak dipakai sebagai jalan-jalan dan belanja.
Maaf kalau saya lancang. Pak Fadhli juga pernah sebagai aktifis sebelum menjadi pejabat. Dan tahu sensitifitas seorang aktifis, khususnya di saat bangsa kita masih menghadapi krisis moneter.
Itu saja yang ingin saya sampaikan. Terima kasih dan mohon maaf sekali lagi. Salam untuk pak ketua!
Wassalam
Shamsi Ali

0 Response to "Video Heboh Ketua DPR dan Wakilnya Menuai Banyak Kritikan "

Post a Comment